Bagaimana Jika . . .

Bagaimana jika, saat itu aku mengiyakan untuk tinggal saja, demi bersamamu?
Apakah kita akan tetap bersama hingga usai usia?

Kamu yang pernah mengisi hari-hariku, sekarang sudah bersama dengan yang lain, turut senang rasanya mendengar kabar istrimu sedang hamil :), semoga dilancarkan ya sampai pada harinya.

Apakah ini karma? atau dengan apa kau menyebutnya?

Aku bukannya tak ingin lepas dari semua ini, hanya saja bayangmu masih samar-samar hadir. Kemarin aku melihat orang yang sekilas seperti kamu, hampir saja aku memutuskan putar balik dari pada bertemu kamu. Ternyata aku hanya salah lihat saja. Selemah itu kah? Mungkin saja. Pertahanan yang sudah ku bangun bertahun-tahun lamanya seketika runtuh begitu saja ketika aku mengenalmu.

Datang tanpa salam, pergi menyisakan kenangan.


Delapan tahun sudah berlalu.

Bagaimana jika, saat itu aku memperjuangkanmu? Oh tidak, coba ku balik pertanyaannya menjadi “bagaimana jika saat itu kamu memiliki keinginan untuk mempertahankan aku?”

Sayangnya sedikit pun tak pernah terbersit dalam benakmu untuk mempertahankan aku.

Ya, aku bukanlah rumah yang kamu tuju.

Bertunangan, menikah, dan akan menjadi seorang ayah.

Selamat.

Terimakasih pernah mampir, walau hadirmu menyisakan luka, tapi aku tak menyesalinya, lagi.

Karena bersamamu, aku pernah merasakan kupu-kupu melayang di perutku, sesak yang membuncah karena rindu, dada berdegup kencang karena

Cinta.

Leave a comment